a. Pendahuluan
Teori organisasi yang ada pada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah proses evolusi. Selama beberapa dekade akademisi dan praktisi dari berbagai latar belakang telah mengkaji organisasi-organisasi. Tema utama dari penilaian kembali ini adalah bahwa organisasi-organisasi yang ada pada saat ini mencerminkan suatu pola perkembangan yang kumulatif. Berbagai teori di perkenalkan, dievaluaasi, dan diperbaiki dari waktu ke waktu.
b. Kerangka kerja
Ada dua dimensi dasar didalam evolusi teori organisasi, dan setiap dimensi mempunyai perspektif yang saling bertentangan. Dimensi pertama merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum kurang lebih tahun 1960, teori organisasi cenderung didomonasi oleh perspektif tertutup. Organisasi-organisasi dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960, teori organisasi secara jelas mulai menerima perspektif sistem terbuka. Analisis-analisis yang sebelumnya hanya berfokus kepada karakteristik intern dari organisasi, kemudian berubah menjadi pendekatan yang menekenken pentingnya organisasi memperhatikan peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.
Dimensi yang kedua berhhubungan dengan hasil-hasil akhir dari struktur organisasi. Perspektif rasional menyatakan bahwa struktur organisasi dinyatakan dirasakan sebagai alat untuk mencapai tujuan – tujuan khusus secara efektif. Sebaliknya, perspektif sosial menekankan bahwa strujtur adalah hasil utama dari kekuaatan-kekuatan yang saling bertentangan dari para pengikut organisasi yang mencari kekuasaan dan kendali.
Tabel 1.1 evolusi teori organisasi kontemporer
Pendekatan-pendekatan awalthd teori organisasi pada abad ini menganggap organisasi sebagai alat mekanis untuk mencapai tujuan. Seperti yang diperlihatkan oleh United parcel service (UPS) perhatian dipusatkan pada pencapaian efisiensi didalam fungsi-fungsi intern organisasi. Istilah ini disebut toritikus tipe 1.
c. Teori Klasik Organisasi (tipe 1)
Teori manajemen klasik dirumuskan oleh: Praktisi (Taylor & Fayol) & Sosiolog (Weber). Hal-hal yang menjadi kata kunci mereka dalam mengemukakan teori ini ialah : efisiensi, rasionalitas, kontrol, pertentangan antara pemilik dan tenaga kerja. Akhirnya, mereka mampu mengembangkan prinsip atau model universal yang dapat digunakan pada semua keadaan.
1. Frederick taylor dan scientific manajemen
F.W. Taylor (1856-1915) adalah seorang insinyur mesin pada perusahaan baja di Pennsylvania. Ia mendapatkan gelar Principal of Scientific Management pada tahun 1911. Dalam bekerja, ia dipengaruhi oleh etika Protestan yakni kerja keras, rasionalitas, ekonomi, dan individualisme.
Frederic mengusulkan empat prinsip scientific management yang menurutnya akan menghasilkan kenaikan yang berarti dalam produktifitas :
(1) penggantian metode kira-kira untuk menentukan setiap elemen daari pekerjaan seorang pekerja yang ditentukan secara ilmiah.
(2) seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah;
(3) kerjasama antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan ilmiah; dan
(4) pembagian yang lebih merata diantara para manajer dan para pekerja.
Jika ditinjau kembali, kita mengakui bahwa Taylor menawarkan fokus yang terbatas mengenai organisasi. Namun demikian, usaha Taylor ini mampu mempengaruhi perindustrian Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa.
2. Henry fayol dan prinsip organisasi
Fayol adalah seorang manajer perusahaan di Perancis. Teori yang dikemukakan oleh Henry Fayol ini, beranjak dari pengalamannya yang telah bertahun-tahun sebagai praktisi eksekutif di perusahaannya
Fayol mencoba menggambarkan prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua manajer dari semua tingkatan organisasi dan menjelaskan fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh semua manajer. Fayol mengusulkan empat belas prinsip yang menurutnya dapat digunakan secara universal :
a. Pembagian kerja prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” adam smith. Spesialisasi menambah hasil kerja dengan caara membuat para pekerja lebih efisien.
b. Wewenang manajer harus dapat memberi perintah. Wewenang memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring tanggung jawab, jika wewenang digunakan, timbuulah tanggung jawab.
c. Disiplin, para pegawai harus menghormati dan menghargai peraturan yang mengatur organisasi. Displin yang baik merupakan hasil kepemimpinan yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para pekerja tentang pengaturan organosasi serta penerapan hukum yang adil bagi yang menyimpang dari peraturan tersebut.
d. Kesatuan komando, pegawai seharusnya menerima perintah hanya darai seorang atasan.
e. Kesatuan arah, setiap kelompok aktifitas organisasi yang mempunyai tujuan yang sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan menggunakan sebuah rencana.
f. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan individu, kepentingan seorang pegawai atau seorang kelompok, pegawai tidak boleh mendahulukan kepentingan organisasi keseluruhan.
g. Remunerasi, bekerja sesuai dengan jasa yang mereka berikan.
h. Sentralisasi, ini merujuk kepada sejauhmana para bawahan terlibat dalam pengambilan keputusan. Apakah pengembalian keputusan itu disentralisasi (pada manajemen) atau disentralisasi (pada para bawahan) adalah masalah proporsi yang tepat.
i. Rantai skalar, garis wewenang dari manajemen puncak sampai ketingkat paling rendah merupakan rantai skalar komunitas yang mengikuti rantai ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta komunitas silang dapat diijinkan bila disetujui semua pihak.
j. Tata tertib, orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu yang tepat.
k. Keadilan, manajer harus selalu baik dan jujur kepada bawahan.
l. Stabilitas masa pekerja para pegawai, perputaran (turn over) pegawai yang tinggi adalah tidak efisien. M anajemen harus menyediakan perencanaan personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosongan harus selalu ada pengganti
m. Inisiatif, pegawai yang diijinkan menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana harus berusaha keras.
n. Esprit de corps, mendorong team spirit akan membangun keselarasan dan persatuan dalam organisasi.
3. Max weber dan birokrasi
Kontribusi yang ketiga yang dibuat oleh para teoritikus tipe 1 adalah struktur organisasi “tipe ideal“. Weber mengembangkan sebuah model struktural yang ia katakan sebagai alat yang paling efisien bagi organisasi-organisasi tujuannya. Ia menyebut struktural ideal ini sebagai birokrasi. Birokrasi adalah model yg paling efisien dan efektif untuk organisasi yg mempunyai tingkat kompleksitas tinggi seperti : perusahaan, pemerintah, dan militer. Max Weber berpegang pada sebuah konsep yakni Rasional Legal, di mana konsep ini memberikan penekanan pada Hak untuk melaksanakan berdasarkan kedudukan yang ditetapkan secara legal. Struktur tersebut dicirikan dengan adanya pembagian kerja, sebuah hirarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi yang formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan pribadi (impersonal).
4. Ralph C. Davis dan perencanaan rasional
Davis mengatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah pelayanan ekonomis. Tidak ada perusahaan yang hidup jika tidak dapat memberikan niai ekonomis. Nilai ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas yang dilakukan oleh para anggota nya untuk menciptakan produk atau jasa organisasi.
d. Aliran Neoklasik (Tipe 2)
Aliran klasik memunculkan banyak pertentangan, dan yang paling menonjol ialah anggapan aliran klasik bahwa manusia itu tidak berubah dalam berbagai kondisi organisasi ataupun keadaan bekerja. Namun pada praktiknya, hal yang muncul justru bertentangan dengan pernyataan tersebut, hingga akhirnya memunculkan pertanyaan “mengapa orang berperilaku berbeda dalam setting organisasi yang berbeda?”. Dengan berpegang pada teori sosiologi dan psikologi sosial, para teoritikus membangun teori kedua ini.
Para teoritikus tipe 2 berasumsi dibawah sistem tertutup namun menekankan hubungan informal dan motivasi–motivasi non ekonomis yang beroperasi dibawah organisasi. Manajemen dapat merancang hubungan dan peraturan yang formal dan sebagainya, namun diciptakan pula hubungan status, norma dan persahabatan informal yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sosial para anggota organisasi.
Tema utama diantara para teoritikus tipe 2 adalah pengakuan mengenai sifat sosial dan organisasi. Teoritikus – teoritikus tersebut, yang sering kali disebut sebagai yang membentuk aliran hubungan antara manusia (human relation school).
1. Elton Mayo dan kajian hawthorne
Kajian Hawthrone dilaksanakan oleh Western Electronic Company pada tahun 1921—1927 dan dilanjutkan pada tahun 1930. Kajian ini mencoba membuktikan pengaruh penerangan pada produktivitas kerja. Hipotesis awalnya, cahaya mempengaruhi. Namun hasilnya nihil. Maka ditemukanlah bahwa factor sosial dan psikologi yang berupa penerimaan kelompok dan rasa aman adalah hal-hal yang mempengaruhi produktivitas kerja.
Pada umumnya para ahli manajemen sepakat bahwa kajian hawthrone memberi dampak dramatis pada arah manajemen dan teori organisasi. Kajian itu mengantarkan kita ke jaman humanisme organisasi, para manajer selalu mempertimbangkan akibat terhadap kelompok kerja, sikap pegawai, dan hubungan para pegawai dan hubungan antara manajemen dan pegawai.
Elton Mayo juga menghasilkan teori perilaku manusia dalam organisasi. Terdapat 8 perilaku yang ia kemukakan :
1. Organisasi adalah sistem sosial disamping sistem teknis-ekonomis.
2. Individu dimotivasi faktor sosial dan psikologis, disamping motif ekonomi.
3. Kelompok kerja informal adalah unit yang perlu mendapat perhatian.
4. Pola kepemimpinan berdasarkan struktur formal kedudukan – perlu pertimbangan faktor psikososial ; lebih demokratis.
5. Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas.
6. Saluran komunikasi yg efektif hendaknya dikembangkan dalam berbagai level dalam hirarki. Berguna untuk pertukaran informasi; pentingnya partisipasi.
7. Manajemen membutuhkan skill sosial yg efektif, disamping skill teknis.
8. Para anggota organisasi digerakkan oleh terpenuhinya kebutuhan sosio-psikologis.
2. Chester BaJ.rnand dan sistem kerja sama
Mempersatukan pandangan taylor, fayol, dan weber sebagai hasil kajian hawthorne membawa kita kepada kesimpulan bahwa organisasi merupakan sistem kerjasama. Chester lebih menekankan aspek psikologis daripada aspek teknis ekonomis. Ia mencetuskan teori “Organisasi sebagai sistem sosial” yang merujuk pada kesimpulan yang ia dapatkan dari teori klasik tersebut. Ia berpikir bahwa Organisasi terdiri dari tugas-tugas yang harus dipertahankan pada suatu tingkat keseimbangan.
3. Douglas McGregor dan teori X- teori Y
Teori X ada empat asumsi yang dianut oleh para manajer :
a. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan jika mungkin, berusaha menghindarinya.
b. Kaarena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa, dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan – tujuan yang akan diinginkan.
c. Para pegawai akan mengelakan tanggungjawab dan dan mencari pengarahan yang formal sepanjang hal itu munkin.
d. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman diatas faktor lain berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit ambisi.
Kebalikan dari pandangan yang negative terhadap manusia McGregor menempatkan asumsi lain yang disebut teori Y.
a. Para pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti halnya istirahat atau bermain.
b. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika mereka merasa terikat kepada tujuan-tujuan.
c. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, dan juga mencari tanggung jawab.
d. Kreativitas yaitu, kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan yang baik tersebar luas pada seluruh populasi dan tidak selalu merupakan hak yang menduduki fungsi manajerial.
4. Warren Bennis dan Birokrasi
Bennis mengatakan bahwa pengambilan keputusan pada birokrasi yang disentralisasi, kepatuhan kepada wewenang, serta pembagian kerja yang sempit diganti dengan struktur yang desentralisasi dan demokratis yang diorganisasi disekitar kelompok yang fleksibel. Pengaruh didasakan atas kekuasaan mulai diganti dengan pengaruh yang berasalkan dari keahlian. Webber yang beragumentasi bahwa birokrasi adalah organisasi yang ideal maka Warren Bennis menyatakan yang sebaliknya-kondisi saat ini menunjukkan bahwa bentuk organisasi ideal yang fleksibel.
5. Abraham Maslow
Ia mengemukakan beberapa hal mengenai tingkat kebutuhan manusia. Yakni
– Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal).
– Kebutuhan akan keamanan.
– Kebutuhan sosial (berkumpul dan bergaul).
– Kebutuhan pengembangan diri (berkembang dan berkarya.
– Kebutuhan aktualisasi diri (berbeda dengan manusia lain).
e. Aliran kontingensi / modern (Tipe 3)
Inti dari teori kontingensi ini ialah :
1. Suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya.
2. Organisasi yg efektif adalah jika struktur. organisasinya mampu menyesuaikan dengan karakteristik lingkungannya.
3. Adaptabilitas dan fleksibilitas dalam proses pengambilan keputusan.
Pada teoritikus tipe 3, organisasi dilihat sebagai alat untuk mencapai tujuan. mereka berkonsentrasi pada sasaran, teknologi, dan ketidakpastian lingkungan sebagai variabel-variabel kontingensi utama yang menentukan struktur yang tepat yang seharusnya berlaku bagi organisasi.
1. Herbert Simon dan Serangan Prinsip-Prinsip
Herbert menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip yang dangkal dan terlalu disederhanakan. Bagi suatu kajian mengenai kondisi yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip-prinsip yang simplistik-baik dalam keragaman mekanistik maupun humanistik.
2. Perspektif Lingkungan dari Katz dan Kahn
Dalam bukunya, The Social Psychology of Organizations, mereka memberikan deskripsi yang meyakinkan tentang keunggulan-keunggulan perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang berubah jika mereka ingin bertahan hidup.
3. Kasus Teknologi, James Thompson
James Thompson menekankan hubungan antara teknologi, lingkungan, dan struktur, tidak hanya pada organisasi bisnis saja. James Thompson, telah memberi alasan yang kuat mengenai pentingya teknologi di dalam menentukan struktur yang sesuai bagi sebuah organisasi. Seperti halnya di lingkungan tidak ada diskusi pada masa kini mengenai organisasi yang dapat dikatakan lengkap tanpa memperhitungkan teknologi dan kebutuhan bagi para manajer untuk memadukan struktur dan teknologi.
4. J. Woodward
Beranjak dari pengalamannya sendiri, J. Woodward berpendapat bahwa prinsip yang dibangun aliran klasik kurang berhasil. Maka ia melakukan sebuah studi mengenai pengaruh teknologi terhadap suatu organisasi. Dari studi itu, ia menemukan sebuah teori yang mempengaruhi bentuk dari organisasi itu sendiri. Perbedaan teknologi yang diterapkan oleh suatu organisasi akan memberikan pengaruh yang sangat besar kepada keahlian manusia. Manusia dituntut untuk memiliki kelebihan dalam teknologi, yang pada akhirnya akan memberikan pengaruh kepada perbedaan tuntutan setiap manusia. Dari perbedaan tuntutan terhadap keahlian manusia ini, akan menimbulkan perbedaan struktur organisasi yang kemudian akan menentukan ukuran dan kapasitas dari organisasi itu sendiri di masyarakat.
5. Jay W. Lorsch & Paul R. Lawrence
Menekankan adanya pengaruh antara lingkungan dengan organisasi. Ia berpendapat bahwa struktur dari suatu organisasi, harus disesuaikan dengan lingkungannya karena dari penyesuaian itu, akan memunculkan diferensiasi (keanekaragaman jenis tugas dan pekerjaan) dan integrasi (koordinasi internal)
6. Kelompok Aston dan Besaran Organisasi
Selain para pendukung lingkungan dan teknologi, para teoritikus tipe 3 mencakup mereka yang mendukung besaran (size) organisasi sebagai sebuah faktor penting yang mempengaruhi struktur.
f. Aliran Post Modern (Tipe 4)
Pada teoritikus tipe 4, persepektif sosial digunakan kembali, namun dalam kerangka sistem terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur bukanlah merupakan usaha yang rasional dari para manajer untuk menciptakan struktur yang paling efektif, tetapi merupakan hasil dari suatu pertarungan politis diantara koalisi-koalisi didalam organisasi untuk memperoleh kontrol.
1. Batas Kognitif Rasionalitas March dan Simon
March dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan yang rasional dan optimum, karena dianggapnya keputusan alternatif juga memberi kepuasan sendiri, dan model yang diperbaiki ini mengakui keterbatasan rasionalitas pengambilan keputusan
2. Pfeffer Sebagai Arena Politik
Berdasarkan karya Simon dan March, Pfeffer manciptakan teori organisasi yang mencakup koalisi kekuasaan, konflik atas tujuan, serta keputusan desain organisasi yang mendukung kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa.
sangat sangat membantu sekali isinya ,..bagus
ReplyDeletePost a Comment